Selasa, 03 Maret 2020

SISTEM MANAJEMEN AGRIBISNIS PETERNAKAN

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Adapun unsur- unsur manajemen yang terdiri dari 6M yaitu man, money, mothode, machines, materials, dan market. Manajemen adalah suatu cara/seni mengelola sesuatu untuk dikerjakan oleh orang lain. Untuk mencapai tujuan tertentu secara efektif dan efisien yang bersifat masif, kompleks dan bernilai tinggi tentulah sangat dibutuhkan manajemen. Sumber daya manusia merupakan kekayaan (asset) organisasi yang harus didayagunakan secara optimal sehingga diperlukannya suatu manajemen untuk mengatur sumber daya manusia sedemikian rupa guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sejak awal.
Adapun  definisi  manajemen  yang  dikutip  oleh  Malayu  S.P.  Hasibuan (2012;1) menyatakan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan menurut G.R. Terry (2010;16) menjelaskan bahwa Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya”.
Berdasarkan    definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu, seni dan proses kegiatan yang dilakukan dalam upaya mencapai tujuan bersama dengan mengelola sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara optimal melalui kerjasama antar anggota organisasi.
Adapun fungsi-fungsi menurut G.R. Terry ialah Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling”. Sedangkan menurut John F. Mee ialah Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling.
Agribisnis adalah suatu sistem, yang sangat berbeda dengan paradigma lama yaitu hanya berorientasi terbatas pada pengembangan subsistem uasahatani/ternak saja, melainkan membangun ekonomi berbasis peternakan adalah membangun keseluruhan subsistem agribisnis secara simultan dan terintegrasi vertikal mulai dari hulu hingga hilir. Subsistem agribisnis peternakan mencakup 4 (empat) subsistem, yaitu:
1.      Subsistem agribisnis hulu peternakan (uptream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak (industri pembibitan, pakan, obat-obatan/vaksin peralatan dan lain-lain
2.      Subsistem usaha/budidaya peternakan (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan komoditi peternakan primer
3.      Subsistem agribisnis hili peternakan   (downstream   agribusiness)   yaitu   kegiatan   ekonom yang mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan (industri pengolahan: daging, susu, telur, kulit, industri restoran dan makanan/food service industries serta perdagangannya)
4.      Subsistem penunjang (supporting institution) yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh ke tiga subsistem lainnya seperti transportasi, penyuluhan dan pendidikan, penelitian danpengembangan, perbankan, kebijakan pemerintah (anggaran pembangunan, harga input dan output, pemasaran dan perdagangan, dan SDM). Diantara subsistem agribisnis tersebut yang mempunyai nilai tambah yang terkecil adalah subsitem agribisnis budidaya. Oleh karena itu, peternak rakyat yang berada pada subsistem budidaya   akan   selalu   menerim pendapata yang   relatif   kecil.   Sehingga kehidupan ekonominya tidak mengalami perubahan yang sangat berarti.

Era modern semakin berkembang membuat sektor agribisnis peternakan semakin maju dan banyak dimanfaatkan perusahaan sebagai sektor yang menghasilkan keuntungan. Tingginya potensi sektor peternakan dapat ditunjukkan melalui kontribusinya terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Contohnya di Provinsi Lampung, dimana sektor peternakan cukup banyak dijadikan sebagai sumber usaha.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015

Data tersebut menunjukkan bahwa kontribusi subsektor peternakan cukup tinggi terhadap PDRB Provinsi Lampung yaitu sebesar 11,61 persen tahun 2012,  11,74 persen tahun 2013 dan 11,92 persen tahun 2014. Potensi agribisnis peternakan tersebut didukung juga oleh keberadaan dan kepemilikan hewan ternak yang mulai berkembang dikalangan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.  Komoditas peternakan di Provinsi Lampung terbagi menjadi komoditas unggulan dan prospektif (Dinas Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008).  Komoditas unggulan terdiri dari sapi potong, kambing, ayam ras petelur, dan ayam ras pedaging. Komoditas prospektif terdiri dari ayam kampung, babi, sapi perah, itik, kerbau, domba dan burung puyuh. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat.  Peternakan jenis unggas yang masih menjadi unggulan antara lain ayam pedaging, ayam ras petelur, ayam kampung dan itik karena memiliki populasi yang tinggi.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2015

Bagan alur sistem agribisnis usaha ternak ayam ras petelur (studi kasus CV.Mulawarman Farm) di Kecamatan Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Selasa, 25 Februari 2020

Peran Sektor Peternakan


Ternak adalah hewan yang dipelihara manusia dengan cara sengaja untuk memperoleh hasil dari tubuhnya (Nasoetion, 2004). Agribisnis berbasis peternakan (sektor peternakan) mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sektor lainnya. Menurut Saragih (2001) keunggulannya, antara lain:
1.    Kegiatan peternakan, khususnya subsistem budidaya, relatif bersifat tidak bergantung pada ketersediaan lahan dan tidak terlalu menuntut kualitas tenaga kerja yang tinggi
2.    Kegiatan budidaya peternakan memiliki kelenturan bisnis dan teknologi yang luas dan luwes. Kelenturan bisnis yang luas yang dimaksud adalah bahwa ternak yang dipelihara dapat dijual pada umur berapa saja dan pasarnya telah tersedia
3.    Produk yang dihasilkan oleh agribisnis berbasis peternakan merupakan produk yang memiliki nilai elastisitas terhadap perubahan pendapatan yang tinggi, artinya konsumsi akan meningkat bila pendapatan meningkat
4.    Sifat permintaan produk peternakan yang memiliki nilai elastisitas permintaan terhadap perubahan pendapatan yang tinggi dan kegiatan peternakan yang dilihat sebagai suatu sistem agribisnis, akan mampu menciptakan kesempatan kerja, kesempatan berusaha dan peningkatan pendapatan, mulai pada agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir dan peningkatan jasa terkait seperti transportasi, perbankan, dan lain-lain
5.    Memiliki pangsa pasar yang luas di kawasan nasional (seperti DKI Jakarta) bahkan di kawasan Internasional (seperti: ASEAN, Asia Timur, Timur Tengah, Afrika, dan kawasan lainnya).
Salah satu subsektor pertanian yang paling berprestasi dalam pembangunan nasional adalah sektor peternakan unggas dan hampir tidak ada subsektor pertanian lainnya yang hampir menyamai prestasinya (Saragih, 2001). Pada awal 1960-an, skala usaha sektor peternakan unggas masih bersifat budidaya skala keluarga, tetapi hanya dalam tempo kurang dari 25 tahun sektor ini mampu melakukan pendalaman struktur ke industri yang lebih luas. Sektor peternakan unggas memiliki peranan yang cukup baik dalam meningkatkan output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja. Peranan sektor pertanian (peternakan) dalam pembangunan ekonomi menurut Mardianto (2001), antara lain:
1.    Sebagai penyedia kebutuhan pangan masyarakat atau penduduk suatu negara
2.    Penghasil devisa yang cukup besar bagi sebagian besar negara berkembang
3.    Sebagai pendorong tumbuhnya sektor industri melalui keterkaitan permintaan yang semakin meningkat
4.    Memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Sektor peternakan memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia dalam bentuk kontribusi GDP (Gross Domestic Product), penyumbang kesempatan kerja, sumber pendapatan, perolehan devisa, dan sumber pangan hewani bagi penduduk (Sudaryanto et al., 2002). Saragih (2001) mengatakan sesuai dengan tujuan peternakan pada Pelita VI maka peranan sektor peternakan harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani peternak, mendorong diversifikasi pangan, perbaikan mutu gizi masyarakat, dan mengembangkan ekspor.     

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
Sektor peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan vital dalam perekonomian nasional karena sektor ini berkaitan erat dengan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan manusia akan protein hewani.
Struktur Permintaan dan Penawaran
Total permintaan sektor peternakan pada tahun 2005 jika dibandingkan dengan subsektor pertanian lainnya menempati peringkat kedua terbesar, yaitu sebesar Rp 107,50 triliun atau 20,28 persen dari total permintaan sektor pertanian. Output sektor peternakan relatif lebih banyak digunakan untuk keperluan konsumsi, bukan untuk proses produksi, kecuali sektor ternak potong yang memiliki jumlah permintaan antara lebih besar daripada permintaan akhir, karena output sektor ternak potong lebih banyak digunakan untuk proses produksi di sektor lain daripada untuk konsumsi.
Sektor-sektor perekonomian Indonesia yang memiliki jumlah konsumsi sangat rendah adalah sektor bangunan, pertambangan dan penggalian, dan industri pakan. Sektor bangunan jumlah konsumsi rumah tangganya bernilai nol, karena setiap pengeluaran rumah tangga terhadap pembelian rumah tempat tinggal (bangunan) tidak dihitung dalam struktur konsumsi rumah tangga tetapi dihitung dalam struktur pembentukan modal tetap. Sektor pertambangan dan penggalian dan industri pakan jumlah konsumsi rumah tangganya sangat kecil, dikarenakan output kedua sektor ini lebih diperuntukkan bagi proses produksi di sektor lain, khususnya bagi sektor industri pakan outputnya banyak digunakan sebagai input untuk proses produksi di sektor peternakan.