Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Adapun unsur- unsur manajemen yang terdiri dari 6M yaitu man, money, mothode, machines, materials, dan market. Manajemen adalah suatu cara/seni mengelola sesuatu untuk dikerjakan
oleh orang lain. Untuk mencapai
tujuan
tertentu secara efektif dan efisien yang bersifat masif, kompleks dan bernilai tinggi
tentulah sangat dibutuhkan
manajemen. Sumber daya manusia merupakan kekayaan (asset) organisasi yang harus didayagunakan secara optimal sehingga diperlukannya suatu manajemen untuk mengatur sumber daya manusia sedemikian rupa guna mencapai
tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal.
Adapun definisi manajemen yang
dikutip oleh
Malayu
S.P. Hasibuan (2012;1) menyatakan “manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Sedangkan menurut G.R. Terry (2010;16) menjelaskan
bahwa “Manajemen
merupakan suatu proses khas
yang
terdiri atas tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta
mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber
daya lainnya”.
Berdasarkan definisi-definisi di atas
maka
dapat
disimpulkan bahwa
manajemen merupakan suatu ilmu, seni
dan
proses kegiatan yang dilakukan dalam upaya mencapai
tujuan bersama dengan mengelola sumber daya manusia dan
sumber
daya lainnya secara optimal melalui kerjasama antar anggota organisasi.
Adapun fungsi-fungsi menurut G.R. Terry ialah “Planning, Organizing,
Actuating,
dan Controlling”.
Sedangkan menurut John F.
Mee ialah “Planning, Organizing, Motivating, dan Controlling”.
Agribisnis adalah
suatu sistem, yang sangat berbeda dengan paradigma lama yaitu
hanya berorientasi terbatas pada pengembangan subsistem uasahatani/ternak saja, melainkan membangun ekonomi berbasis peternakan
adalah membangun keseluruhan subsistem agribisnis secara simultan dan terintegrasi vertikal mulai dari
hulu hingga hilir. Subsistem agribisnis peternakan mencakup
4 (empat) subsistem, yaitu:
1.
Subsistem agribisnis hulu peternakan (uptream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak (industri pembibitan, pakan,
obat-obatan/vaksin peralatan dan lain-lain
2.
Subsistem
usaha/budidaya peternakan (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan komoditi peternakan primer
3.
Subsistem agribisnis
hilir peternakan
(downstream agribusiness)
yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas peternakan primer menjadi
produk olahan (industri pengolahan: daging, susu, telur, kulit, industri restoran dan makanan/food service industries serta perdagangannya)
4.
Subsistem
penunjang (supporting institution)
yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan
jasa yang dibutuhkan
oleh ke tiga subsistem lainnya seperti transportasi, penyuluhan dan pendidikan, penelitian danpengembangan, perbankan, kebijakan pemerintah (anggaran pembangunan, harga
input dan output, pemasaran dan perdagangan, dan SDM). Diantara subsistem
agribisnis tersebut yang mempunyai nilai tambah yang terkecil adalah subsitem agribisnis budidaya.
Oleh karena itu, peternak
rakyat yang berada pada subsistem budidaya akan selalu menerima pendapatan
yang
relatif
kecil. Sehingga kehidupan ekonominya tidak mengalami perubahan
yang sangat berarti.
Era modern semakin berkembang membuat sektor agribisnis peternakan
semakin maju dan banyak dimanfaatkan perusahaan sebagai sektor yang
menghasilkan keuntungan. Tingginya potensi sektor peternakan dapat ditunjukkan
melalui kontribusinya terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB).
Contohnya di Provinsi Lampung,
dimana sektor peternakan cukup banyak dijadikan sebagai sumber usaha.
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi
Lampung, 2015
Data
tersebut menunjukkan bahwa kontribusi subsektor peternakan cukup tinggi
terhadap PDRB Provinsi
Lampung yaitu sebesar
11,61 persen tahun 2012, 11,74
persen tahun 2013 dan 11,92 persen tahun 2014. Potensi
agribisnis peternakan tersebut
didukung juga oleh
keberadaan
dan kepemilikan hewan ternak yang mulai
berkembang dikalangan
masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan. Komoditas
peternakan
di Provinsi Lampung
terbagi menjadi
komoditas unggulan dan
prospektif (Dinas
Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, 2008).
Komoditas unggulan terdiri dari
sapi potong, kambing,
ayam ras
petelur,
dan ayam ras pedaging.
Komoditas prospektif
terdiri dari ayam
kampung,
babi, sapi perah, itik,
kerbau, domba dan burung puyuh. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang
sangat baik karena
didukung oleh karakteristik
produk unggas yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat. Peternakan jenis
unggas yang masih menjadi
unggulan antara lain ayam
pedaging, ayam
ras petelur, ayam
kampung dan itik karena memiliki populasi
yang tinggi.
Sumber : Badan
Pusat Statistik Provinsi
Lampung, 2015
Bagan alur sistem
agribisnis usaha ternak ayam
ras
petelur (studi kasus CV.Mulawarman Farm) di Kecamatan
Gadingrejo
Kabupaten Pringsewu