Peringatan Hari Ibu di Indonesia
dilaksanakan setiap 22 Desember. Hadirnya hari ini membuat sosial media
dipenuhi dengan ucapan ‘Selamat Hari Ibu’. Dewasa, remaja, anak-anak, bahkan
balitapun ikut serta memeriahkan Hari Ibu. Katanya, hari ini merupakan
perwakilan dari hari-hari yang lain untuk merayakan jasa dan pengorbanan dari
sosok malaikat tak bersayap di Indonesia. Hampir semua orang yang sudah
mengenal sosial media, mengunggah hal yang mewakili rasa kasih sayangnya
terhadap ibu mereka. Tetapi pada kenyataannya, tak sedikit dari kita yang hanya
menuliskan kata ‘sayang’ tanpa benar-benar menyayangi. Mengatakan bahwa ibu adalah
segalanya tanpa benar-benar menganggap ibu ada. Menyedihkan sekali dirasa.
Sosok ibu tak dapat dibandingkan
dengan apapun di dunia ini. Ia memiliki posisi yang sangat khusus dan butuh
perjuangan serta pengorbanan untuk menyandang status ‘Ibu’. Mengingat semua hal
yang dilakukan seorang ibu pada anaknya, Hari Ibu tak seharusnya dirayakan
hanya dalam sehari saja. Mengapa kasih yang tak terhingga sepanjang masa itu
hanya diingat dan dibesar-besarkan dalam satu hari?
Sosok malaikat tak bersayap di
rumahku, rumahmu, sebenarnya tak butuh ucapan itu. Tidak mengapa kita lupa
mengucapkannya, tidak perlu baginya untuk jauh-jauh menelusuri hutan, mendaki
gunung, menyusuri pantai, dan menuliskan di kertas ‘Selamat Hari Ibu’. Padahal,
kenyataannya nasihat saja tak mampu kita diindahkan.
Bu, maaf jika lidahku masih kelu
untuk mengaku sayang padamu. Maaf jika diriku masih kaku untuk mengikuti
nasihatmu. Maaf jika hatiku masih beku untuk meminta maaf secara langsung
padamu. Bukan tidak mau, hanya saja diri ini malu,bu. Aku tak mampu berjuang
banyak, sedangkan engkau rela untuk kasihmu yang sepanjang masa dihargai hanya
sehari saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar