Kamis, 30 November 2017

Sepanjang Masa Demi Satu Hari


            Peringatan Hari Ibu di Indonesia dilaksanakan setiap 22 Desember. Hadirnya hari ini membuat sosial media dipenuhi dengan ucapan ‘Selamat Hari Ibu’. Dewasa, remaja, anak-anak, bahkan balitapun ikut serta memeriahkan Hari Ibu. Katanya, hari ini merupakan perwakilan dari hari-hari yang lain untuk merayakan jasa dan pengorbanan dari sosok malaikat tak bersayap di Indonesia. Hampir semua orang yang sudah mengenal sosial media, mengunggah hal yang mewakili rasa kasih sayangnya terhadap ibu mereka. Tetapi pada kenyataannya, tak sedikit dari kita yang hanya menuliskan kata ‘sayang’ tanpa benar-benar menyayangi. Mengatakan bahwa ibu adalah segalanya tanpa benar-benar menganggap ibu ada. Menyedihkan sekali dirasa.
            Sosok ibu tak dapat dibandingkan dengan apapun di dunia ini. Ia memiliki posisi yang sangat khusus dan butuh perjuangan serta pengorbanan untuk menyandang status ‘Ibu’. Mengingat semua hal yang dilakukan seorang ibu pada anaknya, Hari Ibu tak seharusnya dirayakan hanya dalam sehari saja. Mengapa kasih yang tak terhingga sepanjang masa itu hanya diingat dan dibesar-besarkan dalam satu hari?
            Sosok malaikat tak bersayap di rumahku, rumahmu, sebenarnya tak butuh ucapan itu. Tidak mengapa kita lupa mengucapkannya, tidak perlu baginya untuk jauh-jauh menelusuri hutan, mendaki gunung, menyusuri pantai, dan menuliskan di kertas ‘Selamat Hari Ibu’. Padahal, kenyataannya nasihat saja tak mampu kita diindahkan.
            Bu, maaf jika lidahku masih kelu untuk mengaku sayang padamu. Maaf jika diriku masih kaku untuk mengikuti nasihatmu. Maaf jika hatiku masih beku untuk meminta maaf secara langsung padamu. Bukan tidak mau, hanya saja diri ini malu,bu. Aku tak mampu berjuang banyak, sedangkan engkau rela untuk kasihmu yang sepanjang masa dihargai hanya sehari saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar