Perilaku konsumen adalah studi proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih,
membeli, menggunakan, atau
mengatur (disposes) produk, jasa, ide, atau
pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan. Dalam perilaku konsumen, persepsi dan sikap merupakan dua dari empat komponen
psycho-process yang akan menentukan keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk.
Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk
memilih, mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan
masuk akal mengenai
dunia
(Schiffman &
Kanuk dalam Permatasari 2013:20).
Menurut Kotler & Keller dalam Fadila (2013:45) persepsi tidak hanya tergantung
pada rangsangan dalam bentuk fisik, tetapi juga tergantung pada rangsangan yang
ada disekitarnya dan kondisi yang ada pada seseorang dan persepsi lebih penting
dibandingkan realitas dalam pemasaran, karena persepsi
yang dapat mempengaruhi konsumen dalam berperilaku, selain itu orang
bisa mempunyai persepsi yang berbeda atas
objek yang sama.
Persepsi dapat didefinisikan sebagai
cara konsumen melihat dan melekatkan makna pada semua input informasi yang datang dalam kehidupan sehari-hari. Setiap input informasi akan diproses
oleh konsumen secara selektif memilih (input yang
paling penting/relevan), mengorganisasi, dan menginterpretasi atau
memaknai input informasi sehingga memberikan
gambaran objek yang memiliki kebenaran subjetif
(bersifat personal), memiliki arti tertentu, dapat dirasakan. Input informasi ini dapat dalam bentuk kata-kata (baru), musik/lagu (baru), atau iklan suatu produk (Hasan, 2013).
Kemampuan
menciptakan
nilai bagi pelanggan akan sangat tergantung dari komitmen perusahaan terhadap kualitas. Untuk menciptakan kualitas
harus
dilakukan berdasarkan kombinasi
antara orientasi produk, orientasi
proses dan orientasi pelanggan yang dihitung dari
persepsi nilai. Persepsi Kualitas (Persepsi
kualitas
adalah persepsi pelanggan terhadap mutu atau keunggulan suatu produk dilihat dari
fungsi relatif produk dibandingkan produk lain) dapat dibentuk melalui:
1. Produk rasional: berhubungan dengan menghilangkan masalah
atau menghindarkan masalah; lem, deterjen, baterai, dan pasta gigi.
2. Produk yang dapat dirasakan: sensori, penghargaan emosional: kue, kartu ucapan ulang tahun, dan kaca mata hitam.
3. Diferensiasi dan kepemimpinan biaya tidak harus meniadakan satu sama lain.
4. Kualitas itu dinamis, kesempurnaan, perbedaan, sesuai dengan spesifikasi dan memenuhi harapan pelanggan yang berlebih.
Produk yang dipersepsikan
memiliki kualitas adalah produk yang memiliki kesesuaian dengan yang dibutuhkan-diinginkan oleh konsumen, dan secara konstan dapat memenuhi kepuasan konsumen tanpa “cacat” sedikitpun. Dengan dasar
itulah
menurut Hasan (2013) perusahaan dalam menciptakan kualitas harus sebagai berikut.
1. Dirancang berdasarkan apa yang dipersepsikan oleh konsumen.
2. Direfleksikan dalam setiap aktivitas perusahaan
3. Didukung oleh komitmen
secara total
oleh
semua anggota organisasi
serta memerlukan patner yang berkualitas.
4. Selalu dapat ditingkatkan
sesuai dengan perkembangan dan
tuntutan konsumen.
5. Disadari bahwa kualitas tidak dapat menyelamatkan produk
yang “cacat”.
Terdapat 8 dimensi
kualitas yang diusulkan oleh David Garvin, antara lain:
1.
Performance (Kinerja)
Performance
atau Kinerja merupakan Dimensi Kualitas yang berkaitan dengan karakteristik utama suatu produk. Contohnya sebuah Televisi, Kinerja
Utama yang kita kehendaki adalah kualitas gambar
yang dapat kita tonton dan kualitas suara yang dapat didengar dengan jelas dan baik.
2.
Features(Fitur)
Features atau
Fitur merupakan karakteristik pendukung atau pelengkap dari Karakteristik Utama suatu produk.
Misalnya pada produk Kendaraan beroda empat (mobil), Fitur-fitur pendukung yang diharapkan oleh konsumen adalah
seperti DVD/CD Player, Sensor atau Kamera
Mundur serta Remote Control Mobil.
3.
Reliability (Kehandalan)
Reliability
atau Kehandalan adalah Dimensi Kualitas yang berhubungan dengan kemungkinan sebuah produk dapat bekerja
secara memuaskan pada waktu dan kondisi tertentu.
4.
Conformance (Kesesuaian)
Conformance
adalah kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan standar yang diinginkan. Pada dasarnya, setiap
produk memiliki standar ataupun spesifikasi yang telah ditentukan.
5.
Durability (Ketahanan)
Durability ini berkaitan
dengan ketahanan suatu produk hingga harus diganti. Durability ini biasanya diukur dengan
umur atau waktu daya tahan suatu produk.
6.
Serviceability
Serviceability
adalah kemudahan layanan atau perbaikan jika dibutuhkan. Hal ini sering dikaitkan dengan layanan purna
jual yang disediakan oleh produsen seperti ketersediaan suku cadang dan kemudahan
perbaikan jika terjadi kerusakan serta adanya pusat pelayanan perbaikan
(Service Center) yang mudah dicapai oleh konsumen.
7.
Aesthetics (Estetika/keindahan)
Aesthetics adalah Dimensi
kualitas yang berkaitan dengan tampilan, bunyi, rasa maupun bau suatu produk. Contohnya
bentuk tampilan sebuah Ponsel yang ingin dibeli serta suara merdu musik yang dihasilkan oleh Ponsel tersebut.
8.
Perceived Quality (Kesan Kualitas)
Perceived Quality adalah Kesan Kualitas suatu
produk yang dirasakan oleh konsumen. Dimensi Kualitas ini berkaitan dengan persepsi Konsumen
terhadap kualitas sebuah produk ataupun merek.
Seperti Ponsel iPhone, Mobil Toyota, Kamera Canon, Printer Epson dan Jam Tangan Rolex yang menurut Kebanyakan
konsumen merupakan produk yang berkualitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar