Selasa, 26 Desember 2017

Pembangunan Pertanian Berwawasan Agribisnis



Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki keanekaragaman hayati. Berbagai spesies tanaman tropis tumbuh secara alamiah tumbuh di daerah pegunungan, kawasan kehutanan bahkan di sekitar pemukiman masyarakat. Potensi alam berupa keanekaragagaman tanaman tropis ini berpotensi dapat didayagunakan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan manusia baik pangan maupun non-pangan bahkan sekaligus sebagai usaha konservasi dan pelestarian lingkungan yang dapat mendatangkan banyak keuntungan. Dari semua sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, peluang untuk berwirausaha di bidang pertanian menjadi sangat banyak.
Menurut Cholid (2004), Wirausaha merupakan istilah untuk orang-orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan daripadanya dan mengambil tindakan yang tepat, guna memastikan sukses. Wirausaha dapat dilakukan di bidang apa saja, terutama di bidang pertanian yang berwawasan agribisnis.
Agribisnis dalam arti luas mencakup semua kegiatan mulai dari pengadaan sarana produksi pertanian (farm supplies) sampai dengan tata niaga produk pertanian yang dihasilkan usahatani atau hasil olahannya. Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan usaha  yang  meliputi salah satatau  keseluruhan darmata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian (Adi, 2009).
Menurut Sari & Maryam (2007), Perencanaan merupakan tahap awal dalam sebuah usaha pembangunan yang berupa penghasilan pemikiran yang cermat dalam mempertimbangkan, menentukan dan mengatur faktor-faktor yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Perencanaan dilakukan karena ada hal-hal yang tidak pasti dan adanya kemungkinan perubahan  keadaan ekonomi yang terus-menerus. Pembangunan pertanian merupakan cara untuk melakukan perubahan dengan inovasi dan teknologi sesuai dengan potensi agroekosistem wilayah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup petani. Pembangunan pertanian yang lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pengembangan sistem agribisnis dapat menjamin terciptanya efisiensi, pertumbuhan, pemerataadan berwawasa lingkungan.
Pembangunan pertanian berwawasan agrbisnis diletakkan sebagai bagian pembangunan ekonomi dengan suatu grand strategi membangun sistem dan usaha pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi (Widia, Putra, & Antara, 2011). Di antarpilihan  strategi  pembangunan  ekonomi  yang  ada,  strategi  pembangunan yang memenuhi karakteristik tersebut adalah Pembangunan Agribisnis (agribusiness led development) yaitu strategi pembangunan ekonomi yang mengintegrasikan pembangunan pertanian berkelanjutan (perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan) dengan pembangunan  industri  hulu  dahilir  pertanian  serta  sektor-sektor  jasa  yang  terkait  di dalamnya (Hotden Leonardo & Aritonang, 2012).
Banyak sektor dalam pertanian yang dapat dikembangkan untuk kegiatan agribisnis, salah satunya yaitu peternakan. Menurut Cholid (2004), Potensi subsektor peternakan masih cukup besar untuk dikembangkan. Peranan ternak dalam peningkatan pendapatan masyarakat telah tebukti mampu menjadi basis usaha masyarakat, terutama masyarakat pedesaan. Kelemahan yang benar-benar nyata adalah kemampuan  teknis  dan  kemampuan  sumber  daya  manusia.  Istilah  tidak  kenal teknologi untuk masyarakat pedesaan adalah hal wajar. Namun demikian, potensi usaha dari sudut pandang pribadi (kewirausahaan) adalah nilai lebih tersendiri yang perlu pengembangan lebih lanjut.
Beberapa spesies tanaman tropis yang telah dikenal khasiat dan kegunaannya secara turun menurun telah diusahakan oleh sebagaian kecil masyarakat namun masih terbatas pada kegiatan usaha agribisnis konvensional. Hal ini terjadi dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan, ketrampilan dan gagasan   kreatif  par pengusaha   atau   calo pengusaha  d daera melihat keunggula komparatif   tanama tropis   yan tersedia   disekitarny sebagai alternatif   peluang   bisnis-bisnis   kecil   moder yang   menjanjika sekaligus membuka lapangan kerja lebih banyak di pedesaan.
Menurut Hotden Leonardo & Aritonang (2012), hasil studi menunjukkan:
1)    Pembangunan pertanian konvensional terutama  pada  pertanian tanaman pangan menimbulkan dampak negatif bagi kelestarian sumber daya alam
2)    Pengembangan sistem agribisnis berbasis sumber daya domestik tidak memerlukan impor dan pembiayaan eksternal
3)    Subsistem agribisnis hulu merupakan penghasil sarana produksi terbaik untuk menghasilkan produk usahatani berkualitas
4)    Subsistem pertanian primer mampu menghasilkan komoditi pangan, hortikultura, tanaman obat-obatan
5)    Subsistem agribisnis hilir merupakan industri pengolakomoditi pertaniaprimer menjadi barang jadi berupa makanan, minuman, pakan,  farmasi bahkan bio-energi.



DAFTAR PUSTAKA

Adi, R. K. (2009). Peran Jejaring Agribisnis dalam Membangun Kemitraan Agribisnis (Studi pada Pengembangan Klaster Usaha Peternakan Sapi di Kabupaten Sukoharjo), 336–354.
Cholid, M. (2004). Kewirausahaan dan Inovasi Usaha Agribisnis. Kewirausahaan Dan Inovasi Usaha Agribisnis, 1–16.
Hotden Leonardo, N., & Aritonang, J. (2012). Pengembangan Sistem Agribisnis Dalam Rangka Pembangunan Pertanian Berkelanjutan, pp. 1–11.
Sari, R., & Maryam, S. (2007). Strategi Pengembangan Usaha Agribisnis KUD Barokah (The Agribusiness Development Strategy of KUD Barokah), 4(1), 23–31.
Widia, W., Putra, N. K., & Antara, N. S. (2011). Model Bisnis dalam Sistem Agribisnis Modern. Retrieved from http://seafast.ipb.ac.id/tpc-project/wp-content/uploads/2014/02/MP-Agrotechnoprenur.pdf


Tidak ada komentar:

Posting Komentar